Tuesday, March 28, 2017

PERTOLONGAN ALLAH & KILAU NURUL FIRDAUS

Selasa, 14 Maret 2017..bagiku bagai   hujan sehari yang menghapus panas bertahun lamanya .
Dan Ayat ini sungguh benar adanya…
1. Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.
2. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,
3. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat
Sepuluh tahun adalah waktu yang ditetapkan Allah sebagai masa yang harus dilalui untuk bisa sampai di titik ” kemenangan”.  Aku tidak mau menyebut ini sebagai  puncak..sebab tak ada puncak sesunguhnya di dunia ini ..semua berputar…
Masih segar dalam ingatanku , hari dimana  Ibu Diro tiba2   memanggilku  minta bantuan untuk menawarkan sekolah   TK nya  siapa tahu ada yang berminat  membelinya.   Dalam hatiku bertanya2  mengapa beliau memanggilku  bukan yang  lain.    Aku  tidak berpengalaman menjual properti apalagi sekolah.    Lantas  dengan sedikit lancang  aku  justru melarangnya.  Sayang betul sebuah sekolah dijual….
” Ibu sudah tua…dan gedung sekolahnya  mau dijual aja untuk bagi waris. Nah  Yayasan lengkap dan alat2  sekolahnya mau dijual juga.  Soalnya sayang kalau tutup, sudah dapat Ijin Diknas”
Karena  beliau bersikukuh,  maka  aku memohon  agar beliau mengijinkan aku membelinya saja , padahal sungguh waktu itu belum terpikir darimana uang untuk membeli sekolah itu. Satu saja yang terbersit di pikiranku  yakni menyelamatkan sekolah ini agar tidak jatuh ke tangan orang yang kurang tepat , apalagi sampai ditutup.
Lalu jawab  Bu Diro waktu itu,” oh memang mbak bisa mengelola sekolah?”
Aku tertegun , ” saya bukan guru tapi saya peduli terhadap dunia pendidikan, apalagi kebanyakan dari mereka adalah anak dari saudara2  kita satu pengajian. Dan saya memang pernah bercita-cita punya sekolah…”
Bu Diro tersenyum  lebar,  matanya berbinar  ”  ooh kalo begitu mah gini aja atuh, saya sebenarnya niat mewakafkan sekolah ini ke Yayasan pengajian kita, dan saya sudah bicara tentang ini, tapi para pengurus Yayasan tidak ada yang bisa mengelola sekolah ini. Jadi sampai sekarang posisinya masih menggantung.   Makanya  saya mau jual aja.   Saya  juga tidak mau kalau setelah saya wakafkan  sekolahnya tidak jalan.”
Bu Diro lalu menepuk lenganku,” karena mbak tadi bilang suka sama dunia pendidikan berarti bisa mengelolanya dong?”
” Saya  belum tau bu,    Insya Allah saya coba .”
” Kalau gitu saya mau bilang ke ketua Yayasan, mereka harus  terima wakaf saya, karena ada Mbak Nurul yang bersedia mengelola.”
Aku terkejut.  Hening beberapa  saat.   Sejurus kemudian kukatakan padanya,”  Mangga bu, ibu sampaikan ke ketua Yayasan.  Insya Allah saya siap.  Mungkin ini cara Allah memberi jalan terbaik untuk kita semua.  Ibu dapat pahala jariyah dengan wakaf, dan karena ini diserahkan ke Yayasan maka saya juga siap beramal sholih mengelola sekolah ini untuk menabung pahala jariyah saya.”
Kutatap mata sepuh beliau yang berkaca-kaca,  tapi senyumnya memancarkan kelegaan , ” Aamiiin.    Ibu akan segera urus semuanya ya..termasuk akta nya.  Jazakillahu Khoiro mbak mudah2  an barokah.”
” Aamiin…” sahutku . Seketika dadaku dipenuhi rasa syukur ..
Beberapa hari kemudian aku dipanggil Pembina  Yayasan,  ” jadi Nurul bisa dan bersedia ya mengelola sekolah ini? ”
“Insya Allah pak.”  meski masih terbetik setitik ragu ..
” Ya sudah, amal sholih dikelola sakpol kemampuan ya.  Mugo2  Allah paring lancar barokah, jadi pahala buat semua.”
” Aamiin.”
Sejak itu di tahun 2007  di tengah2  kesibukanku  mencari maisyah , aku pun berbagi waktu tenaga dan pikiran  dengan langsung  berkecimpung di TK Islam Nurul Firdaus. Kebetulan saja nama depannya sama dengan nama depanku.  Atau  ini bukanlah suatu kebetulan?  Karena qodar setiap makhluk sudah tertulis lima puluh ribu tahun sebelum semesta tercipta.
Langkah  awal adalah memindahkan sekolah  ke rumahku, karena ruko tempat semula sekolah itu berada  segera terjual, dan Yayasan belum memiliki tempat pengganti .  Aku tidak ingin terlalu banyak berpikir,  apa yang bisa dilakukan, kulakukan segera. Soal resiko biarkan belakangan saja, toh hidup ini antara lain memang berisi   resiko.   Kurelakan sebagian besar ruang dirumahku  bagian bawah maupun lantai  atas menjadi tempat belajar sekitar  15 anak   yang terbagi  menjadi dua kelas TK A dan TK B .
Aku bersyukur rumah yang semula sunyi mendadak meriah,  riuh suara  anak.   Kunikmati kebisingan celoteh mereka,  rumah yang jadi tak rapih,  tamu kantor yang kadang bingung waktu mereka datang berkunjung, kurelakan dinding dan lainnya yang menjadi sarana eksplorasi mereka, ketersembunyianku ketika aku kangen makan Mie instan  di kamar…. agar mereka tidak tergoda makan Mie Instan   hahaha…    Begitu juga dengan suara-suara sumbang berbagai pihak.   Semuanya kunikmati saja.
Hikmah dari keberadaan sekolah di rumahku,  aku jadi bisa lebih fokus learning by doing  menangani sekolah ini  karena terlihat di depan mata.    Kebetulan aku juga berkantor di rumah.
Setahun  aku berbagi tempat dengan anak-anak. Alhamdulillah akhirnya  Yayasan bisa meminjam satu   rumah kosong yang lebih  layak  untuk dijadikan Sekolah TK.
Keberadaan gedung sekolah yang sudah terpisah dari rumah, membangkitkan rasa percaya diri semua pihak termasuk orang tua murid.    Bahkan beberapa orang tua murid mengusulkan perlunya Yayasan mendirikan SD sekolah  dasar  yang bisa membuat pendidikan putra putri mereka  terus berkesinambungan. Apa yang mereka pikirkan sebenarnya sejalan dengan pikiranku, hanya saja  aku merasa tidak akan sanggup  berjalan sendiri tanpa dukungan orang tua  sebagai stake holder.
Perjuangan tahap kedua  dimulai.  Aku berusaha menyampaikan aspirasi mereka  pada seluruh unsur Yasayan.  Mulailah musyawarah2  panjang  digelar.   Sampai beberapa lama, tak juga turun  keputusan.  Apakah kita akan membangun SD atau atau tidak.   Pembicaraan berkutat seputar apa dulu yang harus disiapkan, bagai  teori telur dan ayam.
Di tengah ketidakpastian aku bergeming… Modalku hanya Bismillah… jika Allah berkehendak tidak ada sesuatupun yang tidak mungkin terwujud.  Toh niat dan tujuan kami benar, yakni untuk menyelamatkan  anak2  agar bisa tetap terbimbing dengan pola yang sama  yang kami yakini terbaik dan benar  secara dunia  terlebih akherat.
Bagai digerakan oleh satu kekuatan,  teman2 dengan  ruh  yang sejiwa berkumpul   Bu Tri sahabatku ( almh), bu Anggi  dan bu  Ami  bersatu  menyuarakan pentinganya wacana pendirian SD segera wujud.    Modal nekad , kami pun maju ke Yayasan dengan  membawa lima  nama anak calon murid kelas 1,   yang itupun belum tentu confirm .
Akhirnya kenekad an kami berbuah manis.  Pengurus2 Yayasan  menyetujui proposal kami, itupun dengan syarat…semua harus berani “pahit”  dan konsekuen.
Pada 2010, dengan pertolongan Allah berdirilah SD Islam Nurul Firdaus dengan kondisi sangat minimalis dan miris.  Kami memulai  perjuangan  dari sebuah rumah tua di tengah ilalang, di belakang gawang  ujung lapangan sepak bola.  Bangunan itu    lebih pantas  jadi rumah pawang.. ya pawang ular karena kadang masih  berkeliaran ular disana !    Bahkan beberapa orang mengira sekolah  kami adalah warung kopi !  karena bentuknya mirip  warung.
Waktu itu Bu Anggi kutunjuk sebagai Kepala Sekolah merangkap guru  kelas 1.   Beberapa bulan kemudian  barulah datang   seorang  guru yang siap mengajar kelas 1.   Bu Indri bagai suplai darah segar di tengah kondisi kami yang kurang darah.
Maha berat bagi kami meyakinkan orang tua agar bersedia menyekolahkan anaknya disini. Kami maklum karena memang  belum ada yang pantas  kami jual  apalagi kami banggakan kepada   mereka.   Tatapan mereka  yang  ragu sampai sinis  adalah makanan harian kami, plus  bahasa2  mulai dari sindirian halus,   bisik2   di belakang kami maupun perkataan langsung yang sakitnya melebihi  bilah belati  juga menjadi   lecut yang membuat kami justru ingin berlari lebih cepat mencapai tujuan.
Jika  Allah bukan sandaranku, entahlah  mungkin aku sudah tersungkur  kalah perang. Siapalah aku ini hanya seorang perempuan  yang waktu itu sendirian , yang cuma ingin menjaga amanah dari orang2 yang mempercayakan  sekolah ini kepadaku.   Dan hanya ingin anak2  mendapatkan pendidikan  dengan porsi yang tepat sesuai Quran Hadist.  Aku bukan ahli  di bidang pendidikan, bukan juga guru,  aku cuma seorang perempuan yang mengharap rihdo Allah dengan hal   sekecil apapun yang bisa  bermanfaat bagi sesama
Jujur saja kadang aku merasa tak berdaya,  tapi  tatapan mata anak2  ,  guru2  dan orang  tua murid yang masih mendukungku  menjadi amunisi bagiku untuk terus berjuang.    Dan  bagai komandan pasukan perang,  aku terus memompakan semangat pada mereka  dan pada diriku sendiri..bahwa kita sedang berjihad Fii Sabilillah, mencetak generasi penerus pejuang agama Allah.  Sepanjang Pucuk pimpinan belum  memerintahkan untuk berhenti maka kami pantang berhenti.
Ada yang bertahan untuk  terus seiring sejalan denganku, tapi kebanyakan tumbang satu demi satu.  Aku tak bisa menyalahkan mereka pun memaksa mereka untuk tetap  berjuang bersama di tengah  himpitan keadaan  dan gaji  yang jauh dari  standar.   Tak mudah….
Setiap  manusia tentu punya cara sendiri dalam menyikapi situasi.  Tak bisa kupaksakan mereka mengikuti caraku menyikapi dunia.  Secara  lahiriah kondisiku lebih pahit dari mereka , karena bahkan aku tidak menerima imbalan materi  atas apa yang telah kulakukan.   Tapi secara batin aku merasa kaya, karena aku “berdagang” dengan Allah.   Nyatanya  aku tak sempat kelaparan, dan   sahabat2 yang  baik, dukungan dari seluruh unsur Yayasan,  usahaku yang dilancarkan, kesehatan, kelancaran ibadah..semua itu Rizki tak terhingga  dari  Sang Maha Kaya. .  Rasa syukur atas semua itu makin membuatku  terus menggali apapun yang dapat kuberikan bagi sekolah ini.
Waktu berlalu,  guru2   datang dan pergi silih berganti.  Tak terkecuali beberapa murid pun akhirnya permisi .   Tapi sekali lagi aku tak ingin berhenti.   Sekali layar terkembang pantang surut ke belakang.
Meski terseok..terombang  ambing diterjang gelombang aku tetap yakin  pertolongan Allah sangat dekat…
Di tengah badai,  Alhamdulillah  pengurus Yayasan mengirimkan nakhoda  untuk membantuku mengendalikan kapal agar tak karam.  Beliau ditunjuk sebagai ketua BPS. Kemudian aku diposisikan sebagai Wakil ketua BPS di samping posisiku sebagai bendahara Yayasan yang notabene  tak pernah berurusan dengan uang, karena  memang belum ada uang yang dikelola.   Sebenarnya semua posisi  itu tak begitu berarti bagiku.   Pengakuan Allah lebih penting  dari sekedar  pengukuhan posisi,  sebab aku  sudah mengukuhkan diriku sendiri semampuku bekerja untuk Allah
Kehadiran ketua BPS  makin memperjelas agenda kami.  Beliau mendukung dan mewujudkan keinginan kami agar sekolah segera memiliki gedung sendiri  layaknya sebuah sekolah. Karena banyak orang tua yang gagal mendaftarkan anak demi melihat bangunan sekolah yang bagai warung kopi itu… Yaa aku maklum kita memang berbeda zaman dengan era Laskar Pelangi… Meski kisah  itu sangat menginspirasiku dan kutularkan pada Laskar Nurul Firdaus..
Di awal tahun  2014,  mulailah Peletakan Batu pertama  mengawali proses pembangunan gedung SD yang baru di samping masjid  , masih di dalam komplek perumahan yang sama.   Kami semua bersyukur , apa yang selama ini menjadi doa akhirnya terkabul.
Tapi rupanya, Allah tak ingin membuat kami terlalu berbunga2…. badai belum berlalu, bahkan kali ini lebih dahsyat  dan   terang benderang,  bahwa  ada beberapa pihak yang tidak berkenan  dibangun gedung  sekolah di lingkungan  perumahan ini.    Padahal yang kutahu perumahan2  elit di luar malah sengaja mendatangkan sekolah untuk berdiri di dalamnya karena itu akan meningkatkan kredibilitas  dan  fasilitas  pendidikan yang ditawarkan akan menjadi point plus sebuah perumahan.    Sejatinya keberpihakan pada  pentingnya pendidikan menjadi indikator  kualitas intelektual  seseorang.     Ya tapi mungkin beberapa pihak di perumahan ini punya pandangan tersendiri .   Bersyukur beberapa saja…tidak semuanya.
Tamparan keras ini  sangat menohok  membuatku tersungkur dan terkapar pasrah.  Berhari2 aku bersimpuh di atas sajadah yang basah air mata.    Bahu kecilku teramat berat memikul beban.    Ya Allah jika memang Engkau berkehendak perjuangan kami  harus berakhir sampai disini, aku ridho melepas semua ini.   Aku cuma mahluk kecil tanpa daya upaya.  Engkau penentu segala. Mungkin apa yang selama ini kami  lakukan boleh jadi  salah,  mengusik  dan tidak berkenan  di mata manusia… tapi aku berharap tidak salah di mata Engkau.  Engkau Maha Tahu  apa  yang tersembunyi jauh di lubuk hati.
Dalam keterpurukan , beruntung saat itu aku tidak lagi sendiri.  Belakangan kusadari bahwa Allah mengirimkan seorang laki2  untuk jadi suamiku di 2012  bukan tanpa alasan. Ternyata dialah pahlawanku, pelindungku ,pendukungku, pelipur laraku.
Situasi yang genting nyaris  membuat Pembina Yayasan mengambil keputusan  untuk menutup SD.   Aku faham, beliau dihadapkan pada pilihan yang sulit  dan tidak ingin terjadi konflik di komplek perumahan  itu.  Dan aku cuma bagian kecil yang tak  berarti di komplek ini..bukan siapa2.   Aku pasrah… niatku sejak awal adalah sakdermo beramal sholih, bukan mencari nama , bekerja apalagi mencari jabatan.  Ketika pimipinan  yang aku hormati memutuskan apapun  yang beliau anggap   terbaik,  maka sebagai  anak buah aku harus tunduk dan patuh tanpa syarat.
Dalam hari2  diamku, ternyata suamiku tak tinggal diam.  Beliau sampaikan  kepada pembina Yayasan   bagaimana guru2  mendatangiku sambil berderai air mata menyesali keputusan yang mereka dengar, dan memikirkan  bagaimana nasib murid2 kami  yang saat itu sudah sampai kelas 4 dengan jumlah  murid sekitar  20 anak.   Memikirkan para orang tua yang selama ini ridho berjuang  bersama demi pendidikan yang tepat bagi putra putrinya.     Suamiku juga sampaikan  bagaimana diriku yang dalam kepedihan  berusaha  menenangkan mereka , meminta mereka berusaha pasrah sepertiku .
Suamiku hanya menceritakan apa  yang beliau lihat di lapangan, tapi beliau pun pasrah pada keputusan apapun yang akan diambil oleh Pembina. Kami tidak menggenggam hak dan wewenang apapun.
Rupanya, Allah juga tak tinggal diam.  Makin kuyakini bahwa apa2 yang jelas dinyatakan sebagai  milik Allah  maka Allah akan menyelamatkannya.  Melalui proses panjang, akhirnya sekolah tak jadi ditutup.   Kami semua sujud penuh kesyukuran.
Pada akhir 2014  bangunan baru yang belum sempurna  itupun segera kami tempati dengan rasa syukur dan suka cita,  kami khusnudhon bahwa bangunan baru ini akan menaikan animo .    Meskipun ternyata setelah bangunan berdiri,  tetap ada alasan bagi para orang tua   untuk tidak mendaftar , mulai dari ijin yang belum turun, sampai  keraguan pada kualitas guru  karena sebagian besar Mubalighot.
Sebagai seseorang yang didapuk , tentu semua aspirasi berusaha kutampung,  meski kadang bagai benang kusut yang harus diurai satu persatu.  Banyak kepala,  banyak kepentingan, banyak juga yang terluka…
Soal guru2..rasanya  tidak mungkin aku jelaskan satu persatu apa yang sudah kami lakukan untuk meningkatkan kompetensi mereka.   Meskipun  sudah terbukti ,  hampir 90%  lulusan TK Nurul Firdaus menduduki peringkat pertama di beberapa SD negeri dan swasta favorit sebelum SD Nurul Firdaus berdiri.    Intinya apapun yang kita lakukan , tak akan pernah bisa memuaskan semua orang.
Nyaris dalam tidurkupun  mimpi yang muncul adalah seputar sekolah.  Terlebih dalam keadaan terbangun,    saat meeting dengan klien pun aku  harus bisa merespon laporan2  yang masuk dari sekolah dan butuh jalan keluar
Kukatakan pada guru2, bahwa mereka terpilih berada di tempat istimewa  ini karena Allah yang menganggap  mereka  istimewa.   Pandangan Allah  Maha Benar  , sementara pandangan manusia  lebih banyak subjektif.   Coba jika dasarnya hanya sekedar Ijazah S1 PGSD tanpa latar belakang  mubalghot  bagaimana mungkin program Tahfidz bisa berjalan?  Bagaimana praktek memberi teladan akhlak yang baik bisa berjalan?  Bagaimana bisa sabar membimbing anak2  berkebutuhan khusus tanpa basic agama yang kuat?  Dan padahal Sekolah kami sejak awal  sudah jelas berbasis  Karakter atau Akhlakul karimah.
Terbukti ketika akhlak anak sudah  membaik, mereka faham bagaimana harus takdzim terhadap guru dan ilmu maka mereka bisa  menyerap ilmu dengan baik.  Kami memakai “Teori Langit”  bukan teori bumi semata…
Aku fokus  memilih  memperbaiki segala sesuatu di internal, terutama mental para guru yang kadang terluka, ketimbang berusaha menjelaskan kepada semua pihak.      Tentu dengan tetap menghargai pilihan dan cara pandang orang yang berbeda dengan kita.   Prinsipku  jika kita dicemooh, bersyukur saja bahwa kita bukan pihak yang mencemooh.   Atau jika kita didholimi juga tetap beryukur karena kita diqodar bukan sebagai  pihak yang mendholimi.
Caraku ini mungkin tidak berkenan bagi  beberapa orang ,  mereka menganggapku cuek dan over confidence  ,    Sebenarnya aku hanya tidak ingin bersikeras menjelaskan siapa diri kita,  karena  orang yang menyukai kita tak membutuhkannya dan  orang yang membenci kita tak akan percaya ( Ali Bin Abi Tholib).
Ijin Operasional yang rumit dan panjang  Alhamdulillah akhirnya berhasil kami kantongi di tahun 2015.  Dan satu persatu   orang tua mulai mempercayakan pendidikan putra putrinya di Nurul Firdaus.   Sehingga Alhamdulillah kini total murid  SD mencapai 47 siswa.   Sungguh ini   anugerah luar biasa bagi  kami seluruh unsur di Nurul Firdaus termasuk orang tua murid yang tanpa lelah terus saling menguatkan.
Dan pada Selasa, 14 Maret 2017…waktu membuktikan bahwa tak ada perjuangan yang sia2.
Di bawah langit yang membiru cerah ..matahari meredup seakan menaungi kami yang mengangkat tangan mengamini doa barokah dari  Ulama sekaligus Sebagai Tokoh Pendidikan Karakter  KH. Sulthon Aulia  yang sengaja meluangkan waktu datang ke sekolah kami  untuk menandatangani  prasasati dan mendoakan sekolah ini agar terus bisa berkembang, berbuah, berbarokah illa yaumil qiyamah.
Air mataku meleleh, aku  bergetar menadah tangan ke langit…  aku tak menyangka akhirnya penantian selama sepuluh tahun terjawab dengan indah.     Tak lupa kusyukuri semua amal sholih  suami tercinta  yang berusaha  mewujudkan satu demi satu apa yang ingin kuwujudkan meski kadang tersimpan samar di hatiku.
Seluruh peluh , lelah  jiwa raga  , dan air mata seakan terhapus  dalam sekejap.
Allah mengqodar di tahun ke sepuluh  keberadaaan Nurul Firdaus   secara  De Jure dan De Facto  dengan hadirnya  Bpk Sulthon Aulia menjadi  lebih jelas.  Dan Insya Allah ini adalah saatnya  bagi kami  untuk tinggal landas…menuju dunia luas….
Dan seperti ayat di atas… Idza Jaa’a Nasrullohiwalfath..  Ketika Pertolongan Allah sudah datang dan kemenangan.. Inilah Fathul Nurul Firdaus, insyaAllah akan berbondong2  anak  masuk ke Nurul Firdaus…dan itu harus lebih membuat kami Bertasbih dan memohon ampunanNya.
Tulisan ini sekedar menjadi pengingat agar kami tidak melupakan pahitnya berjuang sehingga tidak lupa diri di saat menang….
Semoga Laskar Nurul Firdaus benar-benar menjadi Cahaya surga  yang kilaunya menjadi penerang semesta